Wednesday, December 9, 2009

@Mohon Kemaafaan.

Aku ingin kau membaca tulisan ini
Yang telah tertelan tanah
dan menjadi debu dalam hati ini

Seperti cawan terisi darah
tumpah mengenai hati bekuku
Seperti pula lidah api yang berkobar
membakar foto, cerita, puisi dan semua kenangan itu

Aku tahu
aku sungguh mencintaimu
Namun waktumu telah habis
Aku sakit ketika melihat kau marah
dan terhenti dalam nafasmu
Habis sudah semuanya

Malaikat membisikkanku
" lanjutkan hidupmu...jalanmu terbentang luas disana "
Iblismu pula membisikkanku
" katanya cinta sejati...ambil pisau hiris hatimu
kau akan menari indah bersamanya kembali "
dan aku memilih untuk menjadi aku sendiri
melanjutkan hidupku
dan tidak akan pernah bercinta lagi selain dengan dirinya
itulah cinta sejati...
iblis keparat!

Aku masih bisa mendengar
Harapan yang kian kosong
memintaku menjauh dari api yang sejuk itu
dan air yang sangat panas
dari cerita yang tak ada hujungnya

Tertawalah...
Kuingin tawamu merubah semua
apa yang ada difikiranmu tentangku
Tertawalah hingga gendang telingaku pecah
kerana tak kuat lagi mendengarnya
Aku telah amat terbiasa
Kau melatihku bertahun-tahun mendengarnya
Meski tawamu akan membuka satu pintu kecewa dihatiku
tapi tertawalah...
Kerana kutahu suatu saat
tak ada lagi yang dapat kau tertawakan dariku.

Kredit kepada a w a n


Kasih Tandus

Telah kering telaga rasa — kasih dan cinta
Bagai gurun tandus dimarah terik mentari
Siapa yang jejak mati jadinya tulang berserak
Terkubur tiada tanda terpahat tanpa nama

Embun enggan walau setitis pada yang gersang
Segunung dosa-dosa hitammu dan masih berbau
Terhidu saja bisa bergelimpang jiwa-jiwa
Tiada daya upaya melainkan-Mu jua
— ya Rahman

O Tuhan — yang Maha Pengasih
Beri sinar cinta dan kasih
Walau secebis!

kredit kepada Dari tarikan nafas,
abuyon
Madrasah Sains
8 Ogos 1999, 5.30 pagi

1 comment: