IN MY HEAD: ?

Saturday, February 5, 2011

Pertanyaan Besar Para Sahabat

perhimpunan besar mesir

Gambar Hiasan

Wahai Rasulullah, terangkanlah padaku amal yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.

Meskipun Rasulullah Saw. menilai bahwa pertanyaan Mu’adz tentang amal yang mengantarkan ke surga dan menjauhkan dari neraka adalah pertanyaan besar, namun bukan berarti bahwa hal itu sulit (apalagi mustahil) dijawab.

عَنْ مُعاذٍ – رضي الله عنه – قال : قُلتُ : يا رَسولَ الله أَخبِرني بِعَمَلٍ يُدخِلُني الجَنَّةَ ويُباعِدُني مِنَ النَّارِ ، قال : (( لقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظيمٍ وإنَّهُ لَيَسيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ الله عليه : تَعْبُدُ الله لا تُشْرِكُ بهِ شيئاً ، وتُقيمُ الصَّلاةَ ، وتُؤتِي الزَّكاةَ ، وتَصُومُ رَمضَانَ ، وتَحُجُّ البَيتَ )) . ثمَّ قالَ : (( ألا أَدُلُّكَ على أبوابِ الخير ؟ الصَّومُ جُنَّةٌ ، والصَّدقَةُ تُطْفِئُ الخَطيئَةَ كَما يُطفئُ الماءُ النارَ ، وصَلاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوفِ اللَّيلِ ، ثمَّ تلا : { تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ } حتَّى بَلَغَ : { يَعْمَلُوْنَ }…. رواهُ الترمذيُّ ، وقال : حَديثٌ حَسنٌ صَحيحٌ .

Dari Mu’adz bin Jabal (semoga Allah meridhoinya) berkata, “Aku berkata kepada Rasulullah Saw., ‘Wahai Rasulullah, terangkanlah padaku amal yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.’ Rasulullah menjawab, ‘Sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar. Dan hal itu mudah bagi orang yang Allah mudahkan: engkau beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan haji ke baitullah.’ Kemudian Rasulullah Saw. mengatakan, ‘Inginkah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai/tameng, sedekah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam (seraya beliau membacakan ayat ‘Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (Q.S. As-Sajdah [32]: 16-17)).’” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dia menyatakan hadits ini hasan)

Rasulullah Saw. mengatakan, “Sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar. Dan hal itu mudah bagi orang yang Allah beri kemudahan.”
Karena kita juga ingin dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari neraka, mari kita ikuti jawaban Rasulullah Saw. Rasul memulai jawabannya dengan menyebut lima hal, yakni “Engkau beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan haji ke baitullah.” Mudah bukan? Kelima hal yang disebutkan Rasulullah Saw. tersebut adalah yang biasa kita sebut sebagai rukun Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut. “Islam dibangun di atas lima hal: pengesaan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan, dan haji.” (Riwayat Muslim)

Jawaban Rasulullah Saw. tersebut menegaskan banyak hal, antara lain

pertama, tentang prioritas amal.

Bahwa amal yang memiliki nilai keutamaan adalah melaksanakan ibadah wajib sebelum melaksanakan yang sunah (nafilah). Melaksanakan yang Allah Swt. wajibkan merupakan hal yang paling dicintai-Nya dari seorang hamba. Itulah yang harus dilakukan manakala seorang hamba ingin mendekatkan dan mendapatkan kecintaan Tuhannya. Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, “Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain dari apa yang Kuwajibkan kepadanya.” (H.R. Al-Bukhari).

Dengan demikian, kita tidak lebih fokus dan bersemangat melakukan ibadah-ibadah sunnah dengan mengabaikan yang wajib.

Kedua, tauhid (mengesakan Allah Swt.)

dan menjauhi syirik (menyekutukan Allah) adalah syarat mutlak seorang mukmin layak masuk ke surga. Tauhid merupakan jaminan keselamatan dan keamanan manusia di dunia dan akhirat.

Allah Swt. berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-An’aam [6]: 82).

Terkait ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menulis, “Orang-orang yang memurnikan ibadah kepada Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mereka itulah orang-orang yang aman (selamat) pada hari kiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.”

Syirik menghancurkan segala amal yang dilakukan oleh seorang mukmin. Allah Swt. berfirman, “… Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’aam [6]: 88).

Karenanya, pelaku syirik diharamkan masuk surga oleh Allah Swt. “… Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 72)

Sebaliknya, tauhid adalah jaminan selamat dari api neraka. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan tiada Tuhan selain Allah dengan tujuan untuk mendapat ridho Allah.” (H.R. Al-Bukhari).

Dalam hadits lain disebutkan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau jika datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpai-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan apa pun, maka niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi.” (H.R. At-Tirmidzi).

Meskipun redaksi hadits ini hanya menyebutkan “beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun” yang berarti pengakuan tiada Tuhan selain Allah, namun di dalamnya telah terkandung pengakuan (syahadat) bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah (muhammadun rasuulullaah).

Hal ini dikarenakan ibadah kepada Allah tidak mungkin dilaksanakan dengan baik dan benar kecuali dengan jalan tashdiq (membenarkan) segala yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Ketiga, tentu saja kalimat laa ilaaa illallah yang diucapkan harus “bergigi”.

Dengan kata lain, pengakuan bertauhid itu harus diiringi dan dibuktikan dengan amal dan inilah yang penulis maksud dengan giginya amal tersebut. Wahab bin Munabbih, seorang ulama dari kalangan tabiin, ditanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Beliau menjawab, “Benar. Akan tetapi tidak ada kunci yang tidak bergerigi. Jika Anda membawa kunci yang bergerigi maka Anda akan dapat membuka pintu. Jika tidak, maka Anda tidak akan dapat membukanya.”

Karenanya, Rasulullah Saw. kemudian menyebutkan hal-hal yang merupakan “gerigi” bagi “kunci” kalimat laa ilaaha illallaah: shalat (lima waktu), shaum di bulan Ramadhan, zakat, dan haji. Dengan demikian, kita semakin yakin bahwa pengakuan tauhid memerlukan tindak lanjut berupa amal-amal yang diperintahkan oleh Allah Swt.

Kita juga semakin yakin bahwa amal, seindah apa pun dalam pandangan manusia, akan mejadi sia-sia di mata Allah jika tidak dilandasi keimanan (tauhid) atau disertai kemusyrikan.

Jika shalat lima waktu, shaum Ramadhan, zakat, serta haji disebut sebagai rukun Islam dan Rasulullah Saw. menyebutnya sebagai persyaratan untuk masuk surga, maka kita memahaminya begini: dua kalimat syahadat adalah asas bagi rukun-rukun Islam dan sekaligus asas bagi Islam itu sendiri secara keseluruhan.

Shalat adalah asas bagi amal-amal ibadah. Allah Swt. telah menyariatkan doa, dzikir, membaca Al-Quran, tasbih, istighfar, dan sebagainya. Semuanya itu terangkum dalam shalat. Maka seluruh amal-amal itu tidak bernilai bagi yang melakukannya jika tidak menegakkan shalat yang lima waktu.

Zakat adalah asas dalam soal perlakuan terhadap harta. Prinsipnya, harta adalah milik Allah yang dititipkan-Nya kepada manusia. Oleh karena itu, manusia harus mengelolannya sesuai dengan yang diperintahkan Allah Swt.

Shaum/puasa adalah asas bagi upaya mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu. Allah telah menjadikan kemampuan mengendalikan hawa nafsu sebagai karakter orang yang layak masuk surga. Haji adalah asas bagi perjuangan yang melibatkan seluruh potensi yang dimiliki manusia; baik jiwa, hati, fisik, maupun harta. Rasulullah Saw. mengatakan, “Seutama-utama jihad adalah haji mabrur.”

Sumber.

Salam.. Chat.


ShoutMix chat widget

Followers

As-Syahid Izzuddin Al-Qassam (1871 - 20 Nov 1935)

Nama sebenar beliau adalah Muhammad Izzuddin Abdul Qadir Mustafa Al-Qassam. Lahir di daerah Al-Ladziqiyyah, Syria Selatan. Masuk ke Al-Azhar sekitar tahun 1906 pada usia 14 tahun. Sempat berguru dengan Sheikh Muhammad Abduh dan berteman dengan Sheikh Rasyid Redho. Ketika penjajahan kuffar di Libya pada 1911, beliau turut memobilisasi senjata dan para mujahid untuk turun ke Libya. Setiap operasi jihad yang dipimpin oleh beliau di Palestin membuahkan kejayaan besar yang menakutkan Inggeris yang menjajah Palestin saat itu. Beliau syahid dalam satu pertempuran dahsyat di Kota Jenin, bersama 10 orang mujahid yang digempur dengan ratusan pasukan Inggeris yang menggunakan helikopter. Kini, nama beliau disematkan kepada sayap ketenteraan Hamas iaitu Brigade As-Syahid Izzuddin Al-Qassam yang sering dikenal dengan aksi-aksi pelancaran roket Al-Qassam dan operasi Amaliyyah Al-Istisyhadiyyah. 


My News

islamiconlineuniversity.com

Learn How to give Dawah

Alafasy Quran TV - Syeikh Misyari Rasyid Al-Afasy

Radio Rodja - Menebar Cahaya Sunnah - Kuliah Hadist

Iklan Nuff